Pertengahan abad XIX, John Stuart Mill,
dalam Principles of Political Economy (1848) mengungkapkan tentang adanya
krisis krisis komersial (commercial crisis) yang muncul secara periodik. Dalam
tahun yang sama, Marx dan Engels di Communist Manifesto (1848) juga menyatakan
krisis komersial yang dialami secara berulang-ulang dan periodik sebagai salah
satu ciri pokok sistem kapitalis.
Kemudian dalam bagian kedua abad XIX Clement
Juglar (ilmuwan bangsa Perancis) membeberkan secara empiris sistematis sifat
dan corak krisis komersial yang berulang secara periodik. Juglar adalah
pengarang pertama kali yang menggunakan istilah siklus (cycle) dengan
menonjolkan perkiraan-perkiraan lamanya masa waktu menaik dan menurunnya
kegiatan ekonomi di antara peristiwa dua krisis. Dengan kata lain,
ditunjukkannya panjang-pendeknya gelombang suatu siklus kegiatan ekonomi: dari
titik terendah sampai titik terendah berikutnya.
Clement Juglar harus dianggap pakar perintis
yang meletakkan dasar pengembangan teori siklus ekonomi selanjutnya. Kemudian
lama tidak ada pemikiran baru, setelahnya akhir abad XIX awal abad XX muncul
pemikiran Tugan-Baranowski (ekonom dari Rusia) yang menyajikan kerangka
analisis dan dasar teori sebagai landasan pemikiran modern ilmu siklus ekonomi.
Juglar dan Tugan-Baranowski adalah dua pakar ekonomi yang pemikirannya
mengawali perkembangan teori siklus ekonomi, yang selama bagian pertama abad XX dikembangkan,
dipaparkan sejumlah tokoh pemikir lain diantaranya: Arthur Spiethof (Jerman),
Albert Aftalion (Perancis), Joseph Schumpeter (Austria), Wesley Mitchell
(Amerika), Gottfried von Haberler (Jerman), Friederich von Hayek (Austria).
Jadi siklus ekonomi adalah periode yang
terulang secara teratur dalam pengembangan sebuah pasar perekonomian.
Keseluruhan trend dari pertumbuhan ekonomi disertai dengan adanya fluktuasi
secara periodik dalam aktivitas perekonomian, yaitu: kemunduran dan perluasan
yang terjadi secara silih berganti pada produksi, investasi, peningkatan dan
penurunan pada level pendapatan, ketenagakerjaan, harga-harga, suku bunga dan
rate pada sekuritas.
Siklus
eknomi dapat digambarkan sebagai gelombang naik-turun aktivitas ekonomi, yang
terdiri atas empat elemen:
1. Gerakan
Menaik (Upturn atau Expansion)
Pemulihan
ekonomi (recovery) ditandai dengan gerakan perekonomian yang menaik (upturn).
Kadang-kadang gerakan menaik ini disebut juga ekspansi (expansion) bila gerakan
menaik ini terjadi selama minimal dua triwulan berturut-turut.
2. Titik
Puncak atau Kulminasi (Peak)
Ekspansi
ekonomi tidak akan terjadi selamanya. Suatu ketika gerakan menaik ini mencapai
titik tertinggi. Titik ini disebut titik puncak atau kulminasi (peak). Setelah
mencapai titik kulminasi, perekonomian akan mengalami penurunan kembali.
3. Gerakan
Menurun (Downturn atau Recession)
Yang
dimaksud dengan gerak menurun adalah menurunnya output yang dilihat dari
menurunnya tingkat pertumbuhan ekonomi. Kadang-kadang gerakan penurunan ini disebut
resesi (recession), bila terjadi selama minimaldua triwulan berturut-turut.
4. Titik Terendah atau Nadir (Trough)
Gerakan
menurun akan berlanjut hingga mencapai titik yang paling rendah, yang disebut
titik nadir (trough). Setelah mencapai titik nadir, perekonomian akan pulih
kembali dilihat dari adanya gerakan menaik biasanya.
Biasanya indikator yang digunakan untuk
menganalisa siklus ekonomi adalah :
1. Pertumbuhan Ekonomi
Diagram 1.1 Siklus Ekonomi Dengan
Indikator Pertumbuhan Ekonomi
Diagram
1.1 memberikan gambaran tentang fluktuasi
ekonomi, dengan indicator pertumbuhan ekonomi. Sumbu vertikal
menunjukkan pertumbuhan ekonomi per periode, sedangkan sumbu horizontal
menunjukkan periode waktu. Kurva trend yang berbentuk garis lurus menggambarkan
kecenderungan pertumbuhan ekonomi jangka panjang. Untuk sementara ini, dalam
jangka panjang pertumbuhan ekonomi dianggap konstan.
2. Output Riil
Diagram 1.2 Siklus Ekonomi dengan Indikator Output Riil
Diagram
1.2 adalah gambaran tentang siklus ekonomi, bila indicator yang digunakan
adalah output riil. Karena menggunakan
indicator output, maka sumbu verticalnya adalah output riil. Sehingga
garis lurus yang berslope positif memberikan gambaran tentang trend
perkembangan output jangka panjang. Output yang digambarkan garis trend disebut
output natural (natural riil output), yaitu tingkat output yang dihasilkan dari
tingkat pertumbuhan ekonomi, dimana inflasi konstan.
Keterangan
:
1. Gerakan
Satu Siklus
Adalah
gerakan dari satu titik kulminasi ke titik kulminasi yang lain atau dari titik
nadir ke titik nadir yang lain.
2. Bum
(Boom)
Karena
berbagai faktor, terjadi pertumbuhan ekonomi yang begitu baik, sehingga titik
kulminasinya jauh di atas biasanya.
3. Depresi
(Depression)
Depresi
merupakan kebalikan dari bum, yang terjadi karena penurunan pertumbuhan ekonomi jauh di bawah titik nadir
dari yang biasanya.
1.
Durasi
Siklus & Faktor – Faktor Yang Mempengaruhinya
1.
Siklus Jangka Pendek (Kitchin Cycle)
Durasi
siklus jangka pendek sekitar 40 bulan. Pola siklus ini ditemukan oleh Joseph
Kitchin (1923). Faktor-faktor yang diduga mempengaruhi siklus jangka pendek
adalah pengaruh alamiah (nature) dan adat istiadat atau kebiasaan (custom).
Yang termasuk pengaruh alamiah antara lain siklus iklim, pengaruh sinar
matahari, curah hujan, kekuatan angin, dan gelombang laut. Misalnya, di
Indonesia kegiatan penanaman padi akan memuncak pada musim penghujan. Pengaruh
adat istiadat maupun kebiasaan terhadap aktivitas ekonomi jangka pendek juga
terlihat. Di negara-negara barat pengaruh perayaan Natal dan Tahun Baru
terhadap aktivitas perekonomian yang dapat disamakan dengan pengaruh bulan
Ramadhan dan Hari Raya Lebaran terhadap perekonomian di Indonesia.
2.
Siklus Jangka Menengah (Juglar Cycle)
Durasi
siklus jangka menengah berkisar 7-11
tahun. Pola siklus ini pertama kali ditemukan oleh Clement Juglar (1860).
Menurut ekonomi inggris, William Stanley Jevon siklus ekonomi di bumi
dipengaruhi oleh faktor eksternal, yaitu siklus bintik matahari (sunspot) yang
berdaur ulang 11 tahun sekali. Aktivitas bintik matahari menurut Jevon, akan
mempengaruhi siklus iklim atau cuaca. Siklus iklim atau cuaca akan mempengaruhi
output perekonomian, yang muaranya mempengaruhi output perekonomian nasional.
3.
Siklus Jangka Panjang (Kondratief Cycle)
Pola
siklus jangka panjang pertama kali ditemukan oleh Nicolai D. Kondratief (1925).
Durasi siklus jangka panjang berkisar antara 48-60 tahun. Salah satu faktor
yang berada di belakang siklus jangka panjang adalah ditemukan dan
diterapkannya teknologi baru (invention and innovation). Contohnya, siklus
jangka panjang yang terjadi di Amerika Serikat antara lain periode 1787-1842 dan
1843-1847.
2.
Siklus Ekonomi, Kesempatan Kerja Dan Inflasi
1. Siklus Ekonomi dan Kesempatan Kerja
Secara
umum ada hubungan positif antara tingkat output dengan kesempatan kerja,
terutama bila analisisnya jangka pendek.
Diagram
1.3 Siklus Ekonomi dan Kesempatan Kerja
Dari
diagram terlihat, bila output riil berada di bawah output natural, maka tingkat
pengangguran meningkat dan melebihi tingkat pengangguran natural. Sebaliknya,
bila output riil melebihi output natural tingkat pengangguran akan menurun dan
lebih rendah daripada tingkat pengangguran natural. Jika output riil sama
dengan output natural, tingkat pengangguran akan sama dengan tingkat
pengangguran natural.
2.
Siklus Ekonomi dan Inflasi
Diagram
1.4 Siklus Ekonomi dan Inflasi
Dari
diagram 1.4a adalah siklus output dan diagram 1.4b adalah siklus inflasi. Dari
diagram terlihat bila output riil berada di bawah output natural, inflasi
cenderung menurun. Sebaliknya, bila output riil berada di atas output natural,
inflasi cenderung meningkat.
Siklus ekonomi tidak dapat terhindari, yang dapat
dilakukan adalah mengelola siklus agar dampak negatifnya dapat ditekan
seminimal mungkin, sementara pola siklus diusahakan stabil meningkat. Dalam
arti, simpangan gerak naik turun output diusahakan tidak terlalu lebar,
sementara kecenderungan output jangka panjang terus meningkat.
Diagram 1.5 Siklus Ekonomi yang Makin Stabil
Sumbu vertical dalam diagram adalah
output riil. Sedangkan garis lurus adalah trend output natural. Pada awalnya,
memang fluktuasi output sangat besar, karena simpangan siklus selama periode
sangar besar. Namun karena pengelolaan yang baik, maka simpangan dalam periode
selanjutnya mengecil, sementara ekonomi mampu mempertahankan pertumbuhan hangka
panjangnya karena output natural terus menigkat.
1. Kebijakan
Jangka Pendek
Target
utama kebijakan jangka pendek adalah mengatasi perbedaan output riil dengan
output natural (output gap). Diagram 1.6 menunjukkan bahwa output gap yang
relative besaryaitu kondisi ekonomi yang kurang stabil disbanding output gap
yang kecil. Mengubah kondisi (a) ke kondisi (b) dilakukan dengan kebijakan
fiscal dan moneter yang mempengaruhi permintaan dan penawaran agregat jangka
pendek.
Diagram 1.6 Masalah Siklus Ekonomi Jangka Pendek:
Output Gap
2. Kebijakan Jangka Panjang
Target yang ingin
dicapai dalam jangka panjang, selain memperkecil simpangan tingkat pertumbuhan ekonomi,
juga pencapaian pertumbuhan yang tinggi. Diagram 1.7 menggambarkan bahwa
simpangan siklus semakin kecil. Tetapi kondisi diagram (a) kurang baik daripada
diagram (b) sebab pertumbuhan ekonominya relatif sangat rendah, dilihat dari
sudut kemiringan garis trend.
Diagram
1.7 Masalah Siklus Ekonomi Jangka Panjang Stabilitas dan Pertumbuhan.
Untuk
mengubah kondisi (a) ke kondisi (b) peralatan kebijakan fiscal dan moneter.jika
dalam jangka pendek kebijakan untuk stimulasi permintaan, maka pada jangka
panjang yaitu untuk stimulasi penawaran (bantuan kredit, peningkatan SDM dan
Kesehatan).
1. Periode
1969-1995
a. Indikator
PDB Riil
Diagram 1.8
menunjukan bila menggunakan data PDB riil bertahun dasar 1990, perekonomian Indonesia
selama 1969-1994 terus mengalami pertumbuhan, dalam arti selama PJP I tak
sekalipun perekonomian Indonesia mengalami kontraksi (pertumbuhan negatif).
Kondisi paling buruk yang dialami hanyalah pertumbuhan rendah seperti di tahun
1982 (2,3 % per tahun) atau 1985 (2,4 % per tahun). Data – data ini menunjukan
bahwa selama PJP I pemerintah dapat mempertahankan pertumbuhan jangka panjang.
Hal inilah yang menyebabkan selama PJP I, PDB riil menjadi sekitar 6 kali
lipat; Di tahun 1969 PDB riil baru mencapai Rp. 49 triliun, sementara tahun
1995 telah menjadi Rp. 276 triliun.
Diagram 1.8
b. Indikator
Pertumbuhan Ekonomi
Diagram 1.9 menunjukan pertumbuhan ekonomi selama PJP
I (garis lurus) adalah 6,8% per tahun. Dari diagram ini dapat disimpulkan bahwa
yang menjadi persoalan selama PJP I adalah fluktuatifnya tingkat pertumbuahan
ekonomi. Cukup banyak tahun yang mengalami pertumbuhan lebih rendah dari 6,8%,
yaitu tahun 1975 (5%), 1979 (6,2%), 1982 (2,3%), 1985 (2,4%), 1987 (4,9%), 1993
(6,5%), dan 1994 (6,5%). Besarnya fluktuasi pertumbuhan ekonomi juga dapat
dilihat dari jarak antara pertumbuhan ekonomi tertinggi dengan terendah.
Pertumbuhan ekonomi teringgi dicapai pada tahun 1973 (11,4% per tahun),
sedangkan terendah di tahun 1982n(2,3% per tahun).
Tingkat pertumbuahan ekonomi yang sangat fluktuatif
disebabkan perkonomian Indonesia sangat tergantung kepada kondisi eksternal.
Misalnya pertumbuhan ekonomi yang tinggi selama periode 1970-an, khususnya 1971
– 1973 disebabkan membungbungnya harga minyak bumi, yang meningkatkan
penerimaan ekspor migas (oil boom).
Rezeki minyak (oil boom) inilah yang
dimanfaatkan pemerintah untuk meningkatkan APBN, yang selama PJP I merupakan
salah satu mesin utama pertumbuhan ekonomi.
Sedangkan pertumbuhan ekonomi terendah, terutama
pada periode 1982, disebabkan perekonomian dunia mengalami resesi. Melemahnya
perekonomian dunia bermakna melemahnya permintaan terhadap ekspor Indonesia,
yang pada giliranya akan melemahkan kemampuan Indonesia mengimpor bahan baku
dan barang modal guna meningkatkan produksi.
2. Periode
1990-an
Hampir sepanjang period 1980-an perekonomian
Indonesia mengalami pertumbuhan dibawah rata – rata PJP I (<6,8% per tahun).
Tetapi memasuki 1990-an perkonomian Indonesia kembali menikmati pertumbuhan
tinggi.
Diagram 1. 11 menunjukan bahwa pertumbuhan ekonomi
selama 1990 – 1997 adalah 7,4% per tahun. Tingkat pertumbuhan yang tinggi ini menyebabkan
selama 7 tahun pertama periode 1990an, PDB riil hampir menjadi dua kali lipat,
yaitu dari Rp. 263 triliun di tahun 1990 menjadi Rp. 434 triliun di tahun 1997
(Diagram 1.10). Baiknya kondisi perekonomian 1990 – 1997 makin diperkuat oleh
data perkembangan PDB riil triwulan (Diagram 1.12); Tidak satu tahun pun yang
mengalami resesi, yaitu menurunya PDB riil selama dua triwulan berurutan.
Selama 1990 – 1997 yang terjadi adalah penurunan PDB riil selama triwulan akhir
setiap tahun. Hal ini mungkin berkaitan dengan siklus akhir tahun yang
senderung mengurangi output.
Diagram 1.10
Diagram 1.11
3. Krisis
Ekonomi 1998
Selama periode 1990an, resesi terjadi pada triwulan pertama
dan kedua 1998. Resesi ini menandai dimulainya krisis ekonomi Indonesia,
setelah diawali krisis nilai tukar rupiah pertengahan tahun 1997. Memasuki
tahun 1999 perekonomian tidak mengalami penurunan output lagi, sedangkan tahun
2000 output sudah mulai tumbuh kembali. Namun tingkat pertumbuhan masih di
bawah rata-rata 1990-1999.
Krisis ekonomi Indonesia merupakan konsekuensi dari
mekanisme pasar yang ditempuh pemerintah. Risiko dari mekanisme pasar adalah
kegagalan pasar (market failure), yang disebebkan ketidaksempurnaan informasi
(imperfect information) dan penyimpangan moral (moral hazard) para pelaku
ekonomi.
Diagram 1.12
Memasuki periode 1980-an pemerintah mulai mengurangi
peranya dalam memacu pertumbuhan ekonomi. Tampaknya secara bertahap pasar
deberikan keleluasaan untuk bekerja agar alokasi sumber daya ekonomi makin
efisien. Mekanisme pasar juga meningkatkan kemampuan individu (produsen dan
konsumen) untuk mengoptimalkan dirinnya. Kemampuan optimalisasi individu ini
dipercaya akan memberikan sumbangan positif terhadapap perekonomian.
Proses peluasan pasar dimulai dengan liberalisasi
sektor perbankan 1983, yang diikuti langkah-langkah liberalisasi dan deregulasi
selanjutnya. Memasuki periode 1990-an langkah – langkah tersebut tampaknya
membuahkan hasil, dilihat dari pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Jika lomkomotif
pertumbuhan periode 1970-an adalah sektor pemerintah, maka lokomotif
pertumbuhan periode 1990-an adalah sektor swasta.
Kunci dari pertumbuhan ekonomi yang tingi adalah
tingginya investasi selama periode 1990-an yang hampir mencapai 40% PDB.
Sebagian besar investasi tersebut merupakan investasi swasta. Investasi ini
umunya berasal dari utang, baik domestik maupun luar negeri. Selama periode
1990-an pertumbuhan utang luar negeri swasta melebihi tingkat pertumbuhan
ekonomi. Sedangkan utang sektor swasta terhadap perbankan domestik juga
meningkat pesat.
Membengkaknya utang sektor swasta menunjukan bahwa
industri keuangan domestik maupun asing begitu mempercayai sektor swasta
Indonesia. Jika kepercayaan ini ternyata salah, dapat dijelaskan bahwa dalam
dunia nyata informasi yang diterima pemberi pinjaman tidak sempurna (imperfect information), atau telah
terjadi penyimpangan moral di kalangan pelaku ekonomi Indonesia. Hal – hal
inilah yang menyebabkan kegagalan pasar sebagai alat alokasi suber daya yang
efisien.
Salah satu wujud kegagalan pasar adalah salah
alokasi investasi. Sebagian utang swasta disalurkan ke kegiatan ekonomi yang
tidak menghasilkan devisa, terutama sektor properti. Salah alokasi inilah yang
memicu krisis nilai tukar rupiah, yakni memburuknya nilai tukar rupiah. Krisis
nilai tukar rupiah merupakan konsekuaensi dari penggunaan mekanisme pasar. Sebab
memburuknya nilai tukar rupiah mengindikasikan terjadinya kelebihan permintaan
valuta asing, terutama US$. Kelebihan permintaan ini berkaitan dengan jatuh
temponya utang luar negeri swasta, sedangkan kemampuan membayar tidak ada.
Krisis nilai tukar rupiah diperburuk oleh krisis kepercayaan dan krisis politik
yang akhirnya bermuara kepada krisis ekonomi.
Siklus ekonomi dapat digambarkan sebagai
gelombang naik-turun aktivitas ekonomi, yang terdiri atas empat elemen yaitu ;
gerakan menaik (upturn), titik kulminasi (peak), gerak menurun (downturn) dan
titk nadir (trough). Setiap siklus ekonomi terdapat gerakan satu siklus serta pada periode
tertentu akan terjadi boom atau depresi. Durasi siklus ekonomi terdiri dari
siklus jangka pendek, siklus jangka menengah dan siklus jangka panjang.
Setiap siklus ekonomi tidak akan pernah
mengalami kondisi yang terus-menerus tumbuh sehingga siklus ekonomi akan mengalami kondisi fluktuatif. Oleh sebab itu
perlu pengelolaan terhadapt siklus ekonomi agar
dampak negatifnya dapat ditekan seminimal mungkin, sementara pola siklus
diusahakan stabil meningkat. Dalam arti, simpangan naik-turun output diusahakan
tidak terlalu lebar, sementara kecenderungan output jangka panjang terus
meningkat.
Rahardja,
Prathama dan Manurung, Mandala, Pengantar Ilmu Ekonomi (Mikroekonomi & Makroekonomi.
Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2008
http://daryonodsb.blogspot.com/2011/11/teori-tentang-siklus-ekonomi-business.html
http://www.stieykpn.ac.id/images/artikel/IERO2012_id.pdf
Tidak ada komentar:
Posting Komentar