Kamis, 02 Maret 2017

Makalah Siklus Ekonomi



BAB  I.         
PEMBAHASAN

Pertengahan abad XIX, John Stuart Mill, dalam Principles of Political Economy (1848) mengungkapkan tentang adanya krisis krisis komersial (commercial crisis) yang muncul secara periodik. Dalam tahun yang sama, Marx dan Engels di Communist Manifesto (1848) juga menyatakan krisis komersial yang dialami secara berulang-ulang dan periodik sebagai salah satu ciri pokok sistem kapitalis.
 Kemudian dalam bagian kedua abad XIX Clement Juglar (ilmuwan bangsa Perancis) membeberkan secara empiris sistematis sifat dan corak krisis komersial yang berulang secara periodik. Juglar adalah pengarang pertama kali yang menggunakan istilah siklus (cycle) dengan menonjolkan perkiraan-perkiraan lamanya masa waktu menaik dan menurunnya kegiatan ekonomi di antara peristiwa dua krisis. Dengan kata lain, ditunjukkannya panjang-pendeknya gelombang suatu siklus kegiatan ekonomi: dari titik terendah sampai titik terendah berikutnya.
Clement Juglar harus dianggap pakar perintis yang meletakkan dasar pengembangan teori siklus ekonomi selanjutnya. Kemudian lama tidak ada pemikiran baru, setelahnya akhir abad XIX awal abad XX muncul pemikiran Tugan-Baranowski (ekonom dari Rusia) yang menyajikan kerangka analisis dan dasar teori sebagai landasan pemikiran modern ilmu siklus ekonomi. Juglar dan Tugan-Baranowski adalah dua pakar ekonomi yang pemikirannya mengawali perkembangan teori siklus ekonomi, yang selama  bagian pertama abad XX dikembangkan, dipaparkan sejumlah tokoh pemikir lain diantaranya: Arthur Spiethof (Jerman), Albert Aftalion (Perancis), Joseph Schumpeter (Austria), Wesley Mitchell (Amerika), Gottfried von Haberler (Jerman), Friederich von Hayek (Austria).
Jadi siklus ekonomi adalah periode yang terulang secara teratur dalam pengembangan sebuah pasar perekonomian. Keseluruhan trend dari pertumbuhan ekonomi disertai dengan adanya fluktuasi secara periodik dalam aktivitas perekonomian, yaitu: kemunduran dan perluasan yang terjadi secara silih berganti pada produksi, investasi, peningkatan dan penurunan pada level pendapatan, ketenagakerjaan, harga-harga, suku bunga dan rate pada sekuritas.
Siklus eknomi dapat digambarkan sebagai gelombang naik-turun aktivitas ekonomi, yang terdiri atas empat elemen:
1.      Gerakan Menaik (Upturn atau Expansion)
Pemulihan ekonomi (recovery) ditandai dengan gerakan perekonomian yang menaik (upturn). Kadang-kadang gerakan menaik ini disebut juga ekspansi (expansion) bila gerakan menaik ini terjadi selama minimal dua triwulan berturut-turut.

2.      Titik Puncak atau Kulminasi (Peak)
Ekspansi ekonomi tidak akan terjadi selamanya. Suatu ketika gerakan menaik ini mencapai titik tertinggi. Titik ini disebut titik puncak atau kulminasi (peak). Setelah mencapai titik kulminasi, perekonomian akan mengalami penurunan kembali.

3.      Gerakan Menurun (Downturn atau Recession)
Yang dimaksud dengan gerak menurun adalah menurunnya output yang dilihat dari menurunnya tingkat pertumbuhan ekonomi. Kadang-kadang gerakan penurunan ini disebut resesi (recession), bila terjadi selama minimaldua triwulan berturut-turut.

4.       Titik Terendah atau Nadir (Trough)
Gerakan menurun akan berlanjut hingga mencapai titik yang paling rendah, yang disebut titik nadir (trough). Setelah mencapai titik nadir, perekonomian akan pulih kembali dilihat dari adanya gerakan menaik biasanya.











Biasanya indikator yang digunakan untuk menganalisa siklus ekonomi adalah :
1.      Pertumbuhan Ekonomi









                Diagram 1.1 Siklus Ekonomi Dengan Indikator Pertumbuhan Ekonomi
Diagram 1.1 memberikan gambaran tentang fluktuasi  ekonomi, dengan indicator pertumbuhan ekonomi. Sumbu vertikal menunjukkan pertumbuhan ekonomi per periode, sedangkan sumbu horizontal menunjukkan periode waktu. Kurva trend yang berbentuk garis lurus menggambarkan kecenderungan pertumbuhan ekonomi jangka panjang. Untuk sementara ini, dalam jangka panjang pertumbuhan ekonomi dianggap konstan.
2.      Output Riil







    Diagram 1.2 Siklus Ekonomi dengan Indikator Output Riil                         
Diagram 1.2 adalah gambaran tentang siklus ekonomi, bila indicator yang digunakan adalah output riil. Karena menggunakan  indicator output, maka sumbu verticalnya adalah output riil. Sehingga garis lurus yang berslope positif memberikan gambaran tentang trend perkembangan output jangka panjang. Output yang digambarkan garis trend disebut output natural (natural riil output), yaitu tingkat output yang dihasilkan dari tingkat pertumbuhan ekonomi, dimana inflasi konstan.
Keterangan :
1.    Gerakan Satu Siklus
Adalah gerakan dari satu titik kulminasi ke titik kulminasi yang lain atau dari titik nadir ke titik nadir yang lain.
2.    Bum (Boom)
Karena berbagai faktor, terjadi pertumbuhan ekonomi yang begitu baik, sehingga titik kulminasinya jauh di atas biasanya.
3.    Depresi (Depression)
Depresi merupakan kebalikan dari bum, yang terjadi karena penurunan  pertumbuhan ekonomi jauh di bawah titik nadir dari yang biasanya.















1.         Durasi Siklus & Faktor – Faktor Yang Mempengaruhinya
1.        Siklus Jangka Pendek (Kitchin Cycle)
Durasi siklus jangka pendek sekitar 40 bulan. Pola siklus ini ditemukan oleh Joseph Kitchin (1923). Faktor-faktor yang diduga mempengaruhi siklus jangka pendek adalah pengaruh alamiah (nature) dan adat istiadat atau kebiasaan (custom). Yang termasuk pengaruh alamiah antara lain siklus iklim, pengaruh sinar matahari, curah hujan, kekuatan angin, dan gelombang laut. Misalnya, di Indonesia kegiatan penanaman padi akan memuncak pada musim penghujan. Pengaruh adat istiadat maupun kebiasaan terhadap aktivitas ekonomi jangka pendek juga terlihat. Di negara-negara barat pengaruh perayaan Natal dan Tahun Baru terhadap aktivitas perekonomian yang dapat disamakan dengan pengaruh bulan Ramadhan dan Hari Raya Lebaran terhadap perekonomian di Indonesia.

2.        Siklus Jangka Menengah (Juglar Cycle)
Durasi siklus jangka menengah berkisar  7-11 tahun. Pola siklus ini pertama kali ditemukan oleh Clement Juglar (1860). Menurut ekonomi inggris, William Stanley Jevon siklus ekonomi di bumi dipengaruhi oleh faktor eksternal, yaitu siklus bintik matahari (sunspot) yang berdaur ulang 11 tahun sekali. Aktivitas bintik matahari menurut Jevon, akan mempengaruhi siklus iklim atau cuaca. Siklus iklim atau cuaca akan mempengaruhi output perekonomian, yang muaranya mempengaruhi output perekonomian nasional.

3.        Siklus Jangka Panjang (Kondratief Cycle)
Pola siklus jangka panjang pertama kali ditemukan oleh Nicolai D. Kondratief (1925). Durasi siklus jangka panjang berkisar antara 48-60 tahun. Salah satu faktor yang berada di belakang siklus jangka panjang adalah ditemukan dan diterapkannya teknologi baru (invention and innovation). Contohnya, siklus jangka panjang yang terjadi di Amerika Serikat antara lain periode 1787-1842 dan 1843-1847.




2.         Siklus Ekonomi, Kesempatan Kerja Dan Inflasi
1.     Siklus Ekonomi dan Kesempatan Kerja
Secara umum ada hubungan positif antara tingkat output dengan kesempatan kerja, terutama bila analisisnya jangka pendek.












Diagram 1.3 Siklus Ekonomi dan Kesempatan Kerja
Dari diagram terlihat, bila output riil berada di bawah output natural, maka tingkat pengangguran meningkat dan melebihi tingkat pengangguran natural. Sebaliknya, bila output riil melebihi output natural tingkat pengangguran akan menurun dan lebih rendah daripada tingkat pengangguran natural. Jika output riil sama dengan output natural, tingkat pengangguran akan sama dengan tingkat pengangguran natural.

2.                   Siklus Ekonomi dan Inflasi










Diagram 1.4 Siklus Ekonomi dan Inflasi 

Dari diagram 1.4a adalah siklus output dan diagram 1.4b adalah siklus inflasi. Dari diagram terlihat bila output riil berada di bawah output natural, inflasi cenderung menurun. Sebaliknya, bila output riil berada di atas output natural, inflasi cenderung meningkat.

Siklus ekonomi tidak dapat terhindari, yang dapat dilakukan adalah mengelola siklus agar dampak negatifnya dapat ditekan seminimal mungkin, sementara pola siklus diusahakan stabil meningkat. Dalam arti, simpangan gerak naik turun output diusahakan tidak terlalu lebar, sementara kecenderungan output jangka panjang terus meningkat.











Diagram 1.5 Siklus Ekonomi yang Makin Stabil
    
            Sumbu vertical dalam diagram adalah output riil. Sedangkan garis lurus adalah trend output natural. Pada awalnya, memang fluktuasi output sangat besar, karena simpangan siklus selama periode sangar besar. Namun karena pengelolaan yang baik, maka simpangan dalam periode selanjutnya mengecil, sementara ekonomi mampu mempertahankan pertumbuhan hangka panjangnya karena output natural terus menigkat.

1.      Kebijakan Jangka Pendek
Target utama kebijakan jangka pendek adalah mengatasi perbedaan output riil dengan output natural (output gap). Diagram 1.6 menunjukkan bahwa output gap yang relative besaryaitu kondisi ekonomi yang kurang stabil disbanding output gap yang kecil. Mengubah kondisi (a) ke kondisi (b) dilakukan dengan kebijakan fiscal dan moneter yang mempengaruhi permintaan dan penawaran agregat jangka pendek.










Diagram 1.6 Masalah Siklus Ekonomi Jangka Pendek: Output Gap

2.       Kebijakan Jangka Panjang
Target yang ingin dicapai dalam jangka panjang, selain memperkecil simpangan tingkat pertumbuhan ekonomi, juga pencapaian pertumbuhan yang tinggi. Diagram 1.7 menggambarkan bahwa simpangan siklus semakin kecil. Tetapi kondisi diagram (a) kurang baik daripada diagram (b) sebab pertumbuhan ekonominya relatif sangat rendah, dilihat dari sudut kemiringan garis trend.











Diagram 1.7 Masalah Siklus Ekonomi Jangka Panjang Stabilitas dan Pertumbuhan.


Untuk mengubah kondisi (a) ke kondisi (b) peralatan kebijakan fiscal dan moneter.jika dalam jangka pendek kebijakan untuk stimulasi permintaan, maka pada jangka panjang yaitu untuk stimulasi penawaran (bantuan kredit, peningkatan SDM dan Kesehatan).

1.      Periode 1969-1995
a.       Indikator PDB Riil
Diagram 1.8 menunjukan bila menggunakan data PDB riil bertahun dasar 1990, perekonomian Indonesia selama 1969-1994 terus mengalami pertumbuhan, dalam arti selama PJP I tak sekalipun perekonomian Indonesia mengalami kontraksi (pertumbuhan negatif). Kondisi paling buruk yang dialami hanyalah pertumbuhan rendah seperti di tahun 1982 (2,3 % per tahun) atau 1985 (2,4 % per tahun). Data – data ini menunjukan bahwa selama PJP I pemerintah dapat mempertahankan pertumbuhan jangka panjang. Hal inilah yang menyebabkan selama PJP I, PDB riil menjadi sekitar 6 kali lipat; Di tahun 1969 PDB riil baru mencapai Rp. 49 triliun, sementara tahun 1995 telah menjadi Rp. 276 triliun.
20161116_210818.jpg













Diagram 1.8




b.      Indikator Pertumbuhan Ekonomi
Diagram 1.9 menunjukan pertumbuhan ekonomi selama PJP I (garis lurus) adalah 6,8% per tahun. Dari diagram ini dapat disimpulkan bahwa yang menjadi persoalan selama PJP I adalah fluktuatifnya tingkat pertumbuahan ekonomi. Cukup banyak tahun yang mengalami pertumbuhan lebih rendah dari 6,8%, yaitu tahun 1975 (5%), 1979 (6,2%), 1982 (2,3%), 1985 (2,4%), 1987 (4,9%), 1993 (6,5%), dan 1994 (6,5%). Besarnya fluktuasi pertumbuhan ekonomi juga dapat dilihat dari jarak antara pertumbuhan ekonomi tertinggi dengan terendah. Pertumbuhan ekonomi teringgi dicapai pada tahun 1973 (11,4% per tahun), sedangkan terendah di tahun 1982n(2,3% per tahun).
Tingkat pertumbuahan ekonomi yang sangat fluktuatif disebabkan perkonomian Indonesia sangat tergantung kepada kondisi eksternal. Misalnya pertumbuhan ekonomi yang tinggi selama periode 1970-an, khususnya 1971 – 1973 disebabkan membungbungnya harga minyak bumi, yang meningkatkan penerimaan ekspor migas (oil boom). Rezeki minyak (oil boom) inilah yang dimanfaatkan pemerintah untuk meningkatkan APBN, yang selama PJP I merupakan salah satu mesin utama pertumbuhan ekonomi.
Sedangkan pertumbuhan ekonomi terendah, terutama pada periode 1982, disebabkan perekonomian dunia mengalami resesi. Melemahnya perekonomian dunia bermakna melemahnya permintaan terhadap ekspor Indonesia, yang pada giliranya akan melemahkan kemampuan Indonesia mengimpor bahan baku dan barang modal guna meningkatkan produksi.
20161116_210921.jpg











2.      Periode 1990-an
Hampir sepanjang period 1980-an perekonomian Indonesia mengalami pertumbuhan dibawah rata – rata PJP I (<6,8% per tahun). Tetapi memasuki 1990-an perkonomian Indonesia kembali menikmati pertumbuhan tinggi.
Diagram 1. 11 menunjukan bahwa pertumbuhan ekonomi selama 1990 – 1997 adalah 7,4% per tahun. Tingkat pertumbuhan yang tinggi ini menyebabkan selama 7 tahun pertama periode 1990an, PDB riil hampir menjadi dua kali lipat, yaitu dari Rp. 263 triliun di tahun 1990 menjadi Rp. 434 triliun di tahun 1997 (Diagram 1.10). Baiknya kondisi perekonomian 1990 – 1997 makin diperkuat oleh data perkembangan PDB riil triwulan (Diagram 1.12); Tidak satu tahun pun yang mengalami resesi, yaitu menurunya PDB riil selama dua triwulan berurutan. Selama 1990 – 1997 yang terjadi adalah penurunan PDB riil selama triwulan akhir setiap tahun. Hal ini mungkin berkaitan dengan siklus akhir tahun yang senderung mengurangi output.
20161116_211020.jpg


















Diagram 1.10


20161116_211052.jpg

















Diagram 1.11

3.      Krisis Ekonomi 1998
Selama periode 1990an, resesi terjadi pada triwulan pertama dan kedua 1998. Resesi ini menandai dimulainya krisis ekonomi Indonesia, setelah diawali krisis nilai tukar rupiah pertengahan tahun 1997. Memasuki tahun 1999 perekonomian tidak mengalami penurunan output lagi, sedangkan tahun 2000 output sudah mulai tumbuh kembali. Namun tingkat pertumbuhan masih di bawah rata-rata 1990-1999.
Krisis ekonomi Indonesia merupakan konsekuensi dari mekanisme pasar yang ditempuh pemerintah. Risiko dari mekanisme pasar adalah kegagalan pasar (market failure), yang disebebkan ketidaksempurnaan informasi (imperfect information) dan penyimpangan moral (moral hazard) para pelaku ekonomi.






20161116_211110.jpg















Diagram 1.12
Memasuki periode 1980-an pemerintah mulai mengurangi peranya dalam memacu pertumbuhan ekonomi. Tampaknya secara bertahap pasar deberikan keleluasaan untuk bekerja agar alokasi sumber daya ekonomi makin efisien. Mekanisme pasar juga meningkatkan kemampuan individu (produsen dan konsumen) untuk mengoptimalkan dirinnya. Kemampuan optimalisasi individu ini dipercaya akan memberikan sumbangan positif terhadapap perekonomian.
Proses peluasan pasar dimulai dengan liberalisasi sektor perbankan 1983, yang diikuti langkah-langkah liberalisasi dan deregulasi selanjutnya. Memasuki periode 1990-an langkah – langkah tersebut tampaknya membuahkan hasil, dilihat dari pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Jika lomkomotif pertumbuhan periode 1970-an adalah sektor pemerintah, maka lokomotif pertumbuhan periode 1990-an adalah sektor swasta.
Kunci dari pertumbuhan ekonomi yang tingi adalah tingginya investasi selama periode 1990-an yang hampir mencapai 40% PDB. Sebagian besar investasi tersebut merupakan investasi swasta. Investasi ini umunya berasal dari utang, baik domestik maupun luar negeri. Selama periode 1990-an pertumbuhan utang luar negeri swasta melebihi tingkat pertumbuhan ekonomi. Sedangkan utang sektor swasta terhadap perbankan domestik juga meningkat pesat.
Membengkaknya utang sektor swasta menunjukan bahwa industri keuangan domestik maupun asing begitu mempercayai sektor swasta Indonesia. Jika kepercayaan ini ternyata salah, dapat dijelaskan bahwa dalam dunia nyata informasi yang diterima pemberi pinjaman tidak sempurna (imperfect information), atau telah terjadi penyimpangan moral di kalangan pelaku ekonomi Indonesia. Hal – hal inilah yang menyebabkan kegagalan pasar sebagai alat alokasi suber daya yang efisien.
Salah satu wujud kegagalan pasar adalah salah alokasi investasi. Sebagian utang swasta disalurkan ke kegiatan ekonomi yang tidak menghasilkan devisa, terutama sektor properti. Salah alokasi inilah yang memicu krisis nilai tukar rupiah, yakni memburuknya nilai tukar rupiah. Krisis nilai tukar rupiah merupakan konsekuaensi dari penggunaan mekanisme pasar. Sebab memburuknya nilai tukar rupiah mengindikasikan terjadinya kelebihan permintaan valuta asing, terutama US$. Kelebihan permintaan ini berkaitan dengan jatuh temponya utang luar negeri swasta, sedangkan kemampuan membayar tidak ada. Krisis nilai tukar rupiah diperburuk oleh krisis kepercayaan dan krisis politik yang akhirnya bermuara kepada krisis ekonomi.



















BAB  II.      
PENUTUP
Siklus ekonomi dapat digambarkan sebagai gelombang naik-turun aktivitas ekonomi, yang terdiri atas empat elemen yaitu ; gerakan menaik (upturn), titik kulminasi (peak), gerak menurun (downturn) dan titk nadir (trough). Setiap siklus ekonomi terdapat  gerakan satu siklus serta pada periode tertentu akan terjadi boom atau depresi. Durasi siklus ekonomi terdiri dari siklus jangka pendek, siklus jangka menengah dan siklus jangka panjang.
Setiap siklus ekonomi tidak akan pernah mengalami kondisi yang terus-menerus tumbuh sehingga siklus ekonomi akan  mengalami kondisi fluktuatif. Oleh sebab itu perlu pengelolaan terhadapt siklus ekonomi agar  dampak negatifnya dapat ditekan seminimal mungkin, sementara pola siklus diusahakan stabil meningkat. Dalam arti, simpangan naik-turun output diusahakan tidak terlalu lebar, sementara kecenderungan output jangka panjang terus meningkat.

























Rahardja, Prathama dan Manurung, Mandala, Pengantar Ilmu Ekonomi (Mikroekonomi & Makroekonomi. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2008

http://daryonodsb.blogspot.com/2011/11/teori-tentang-siklus-ekonomi-business.html

http://www.stieykpn.ac.id/images/artikel/IERO2012_id.pdf